Arsip

Archive for Agustus, 2010

Cara-cara untuk memperoleh pengetahuan

9 Agustus 2010 2 komentar

a. Empirirsme
Golongan empirisme memiliki pandangan bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman. Hal ini dapat kita lihat seperti dalam masalah berikut. “Bagaimana kita mengetahui api itu panas?” Maka, seseorang empirisme akan berpandangan bahwa api itu panas karena memang dia mengalaminya sendiri dengan menyentuh api tersebut dan memeperoleh pengalaman yang kita sebut “panas”. Dengan kata lain, dengan menggunakan alat inderawi peraba kita akan memperoleh pengalaman yang menjadi pengetahuan kita kelak.
John Locke, Bapak Empirisme Britania, mengatakan bahwa pada waktu manusia dilahirkan akalnya merupakan sejenis buku catatan yang kosong (tabula rasa) dan di dalam buku catatan itulah dicatat pengalaman-pengalaman inderawi. Menurut Locke, seluruh sisa pengetahuan kita diperoleh dengan jalan menggunakan serta memperbandingkan ide-ide yang diperoleh melalui penginderaan serta refleksi yang pertama-tamadan sederhana tersebut. Ia memendang akal sebagai sejenis tempat penampungan, yang secara pasif menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Ini berarti semua pengetahuan kita betapapun rumitnya dapat dilacak kembali sampai kepada pengalaman-pengalaman inderawi yang pertama-tama. Apa yang tidak dapat atau tidak perlu dilacak kembali secar demikian itu bukanlah pengetahuan mengenai hal-hal yang faktual.
b. Rasionalisme
Rasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal. Bukan karena rasionalisme mengingkari pengalaman, melainkan pengalaman paling-paling dipandang sebgai jenis perangsang bagi pikiran. Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide kita dan bukannya di dalam diri barang sesuatu. Jika kebenaran (pengetahuan) mengandung makna mempunyai ide yang sesuai dengan atau menunjuk kepada kenyataan, maka kebenaran hanya dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja.
Seorang penganut rasionalisme tidaklah memendang pengalaman sebagai hal yang tidak mengandung nilai. Bahkan sebaliknya, ia mungkin mencari pengalaman-pengalaman selanjutnya sebagai bahan pembantu atau sebagai pendorong dalam penyelidikannya untuk memperoleh kebenaran. Dan mungkin akan mengadakan pembedaan antara pengetahuan dengan pendapat. Pengetahuan merupakan hasil kegiatan akal yang mengolah hasil tangkapan yang tidak jelas yang timbul dari indera kita, ingatan atau angan-angan kita.
c. Fenomenalisasi Ajaran Kant
Menurut Kantpengetahuan diperoleh tergantung pada macam pengetahuan itu sendiri. Ia membedakan empat macam pengetahuan sebagai berikut:
1. pengetahuan analitis apriori
2. pengetahuan sintesis a priori
3. pengetahuan analitis a posteori
4. pengetahuan sintesis a posteori.
Pengetahuan aproiri merupakan pengetahuan yang tidak tergantung pada adanya pengalman atau yang ada sebelum pengalaman. Pengetahuan a posteriori terjadi sebagai akibat pengalaman. Pengetahuan analitis merupakan hasil analisa. Pengetahuan sintesis merupakan hasil keadaan yang memeprsatukan dua hal yang biasanya terpisah. Maka pengetahuan yang dihasilkan oleh analisa terhadap unsur-unsur yang apriori disebut pengetahuan analitis a priori. Pengetahuan sintesis a priori dihasilkan oleh penyelidikan akal terhadap bentuk-bentuk pengalamnnya sendiri dan penggabungan unsur-unsur yang tidak saling bertumpu. Misalnya, 3+2 = 5 merupakan contoh pengetahuan semacam itu. Kant yankin bahwa sebagian besar kebenaran-kebenaran matematika bersifat semacam itu. Pengetahuan sintesis a posteriori diperoleh setelah ada pengalaman. Pengetahuan ini merupakan bentuk pengetahuan empiris yang lazim.
d. Intutisionalisme
Dalam intutisionalisme mengenal dua ungkapan “pengetahuan mengenai”(knowledge about) dan “pengetahuan tentang”(knowledge of). Pengetahuan mengenai dinamakan pengetahuan diskursif atau pengetahuan simbolis, dan pengetahuan ini ada perantaranya. Pengetahuan diskursif ini diperoleh melalui penggunaan simbol-simbol yang mencoba mengatakan kepada kita mengenai sesuatu dengan jalan berlakuk sebagai terjemahan bagi sesuatu itu. Ini tergantung pada pemikiran dari suatu sudut pandangan atau suatu kerangka acuan dan pelukisan kejadian yang berhubungan dengan sudut pandangan serta kerangka acuan tersebut. Dengan cara demikian kita memeperoleh pengetahuan mengenai suatu segi tetapi tidak pernahmengenai kejadian itu seluruhnya.
Pengetahuan tentang yang disebut pengetahuan langsung atau intuitif diperoleh secara langsung tanpa perantara. Hanya dengan mengguanakan intuisi kita dapat memperoleh pengetahuan tentang kejadian, suatu pengetahuan langsung yang mutlak dan bukannya pengetahuan yang nisbi atau yang ada perantaranya. Intuisi mengatasi sifat lahiriah pengetahuan simbolis yang pada dasarnya bersifat analisis dan memberikan kepada kita keseluruhan yang bersahaja yang mutlak tanpa sesuatu ungkapan, terjemahan atau penggambaran secara simbolis.
e. Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah ada. Jadi, ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum dalam apa yang dinamakan metode ilmiah.
Seperti diketahui, berpikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan. Metode ilmiah merupakan ekspresi menegnai cara bekerja pikiran. Dengan cara bekerja ini maka pengetahuan yang dihasilkan diharapkan mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan teruji yang memungkinkan tubuh pengetahuan yang disusunnya merupakan pengetahuan yang diandalkan. Pola umum tata langkah dalam metode ilmiah mencakup penentuan masalah, perumusan dengan sementara, pengumpulan data, perumusan kesimpulan dan verivikasi.