Arsip

Posts Tagged ‘Dharma’

Tuhan Punya Sebuah Jawaban; Sebuah Renungan Tentang Kehidupan

Sadarkah kita, sedang berada di mana, dari mana, akan ke mana, dan apa yang seharusnya kita lakukan? Ketika saya di ujung pergulatan pertanyaan-pertanyaan itu, satu kalimat yang muncul “Tuhan Punya Sebuah Jawaban”.

Baik, kita mulai dari awal kehidupan kita masing-masing. Semua lahir dari seorang ibu, baik yang lahir normal ataupun melalui operasi medis. Setelah lahir, kita mulai tumbuh, merasakan dingin, mendengar suara, merasakan lapar, dan haus akan kasih sayang. Semakin dewasa, kita semakin banyak merasakan manis-pahit dan hitam-putihnya dunia. Kita memiliki rasa sedih, senang, takut, benci, iba, sayang, suka, dan cinta. Kita memiliki semangat, ambisi, dan bahkan rasa putus asa. Kita berusaha menjalani hidup sesuai dengan tahapan yang lazim di masyarakat. Bersekolah, bekerja, dan berkeluarga, meski tak semua mampu untuk mengikuti penjenjangan itu, sebagian besar masih melanjutkan hidup dalam jalannya masing-masing.

Berapakah usia anda sekarang?

10-20 tahun?, 21-30 tahun?, 30-40 tahun?, 40-50 tahun? Atau bahkan lebih dari 50 tahun? Dapatkah anda menjawab di mana posisi anda sekarang dalam perjalanan kehidupan anda? Bagi yang berusia 10-20 tahun mungkin akan menjawab “saya di awal perjalanan”. Bagi yang berusia 30-40 tahun mungkin akan menjawab “saya di tengah perjalanan”. Atau mungkin yang berusia 50 tahun ke atas akan menjawab “saya di ujung perjalanan”. Tiada yang dapat memastikan di mana kita berada, sebab kematian tidaklah mengenal usia. Jadi, tidaklah bisa dipastikan di mana posisi anda dalam perjalan hidup anda kali ini. Ketika waktunya tiba, anda tidak akanBetapapun kayanya anda, betapapun kuatnya anda, betapapun tersohornya anda, ketika kematian menjemput, semua akan anda tinggalkan.

Apakah yang terjadi setelah kita mati?

Mungkin tidak ada yang menjawab, karena yang membaca ini tentunya masih hidup. Mari kita bicara tentang ajaran Hindu! Kita meyakini adanya Punarbhawa, sebuah proses kelahiran kembali/berulang-ulang. Bagi Atman yang belum bisa menyatu dengan Brahman, maka ia akan lahir kembali ke dunia, dan tentunya menjalani proses kehidupan yang sempat kita bahas di atas. Lahir, lahir, lahir dan lahir sampai akhirnya dapat menyatu dengan Beliau.

Dari mana kita?

Kita yakin bahwa kita hidup karena adanya Atman dalam diri kita. Kita yakin bahwa Atman yang ada dalam diri kita adalah percikan/bagian dari Ida Sang Hyang Widhi Waca/Brahman. Sehingga kita mengenal konsep Tat Twam Asi, Itu adalah aku, Itu adalah kamu, Itulah sumber dari segala kehidupan. Asal kita adalah sama, Brahman. Kita memiliki sifat-sifat Ketuhanan itu, hanya saja apakah sifat itu dapat kita munculkan atau tidak. Jika bisa, tentunya intensitasnya belum tentu sama. Tergantung pada karma yang telah kita lakukan masing-masing. Karma, bukan hanya perbuatan, tetapi juga pikiran dan perkataan.

Kita yakin bahwa tujuan dari segala kehidupan yang kita lalui adalah mencapai Moksa, menyatunya Atman dengan Brahman. Kita juga yakin bahwa Tuhan beryajnya dengan mencipta kehidupan. Tuhan menciptakan kehidupan ini dan akhirnya semua harus kembali kepada-Nya.

Pertanyaannya adalah “untuk apa Tuhan mencipta kehidupan yang berasal dari diri-Nya, dan hanya untuk kembali kepada-Nya?”.

Ketika saya semakin berusaha untuk menjawab pertanyaan itu, saya sadar bahwa “Tuhan Punya Sebuah Jawaban”. Saya sadar bahwa hidup ini bukan semata untuk berpikir, tetapi berkarma. Karma yang dilandasi oleh Dharma.